Breaking News

Pisau Ini Menjadi Salah Satu Koleksi Unik Rumah Adat Bawömataluo

NIAS SELATAN, MimbarBangsa.co.id – Desa Bawömataluo, sebuah desa wisata dengan kekayaan peninggalan budaya luar biasa juga memiliki koleksi pisau komando seorang jenderal terkenal. Yakni, Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, mantan Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).

Pria yang kala itu berpangkat Kolonel tiba di desa yang kini jadi calon warisan dunia tersebut dalam rangka mengejar sisa-sisa kekuatan PKI di Pulau Nias.

Sarwo Edhi datang ke desa yang terkenal dengan aristektur perkampungan tradisonal dan atraksi lompat batunya itu. Di sana mereka tidak menemukan adanya anggota PKI maupun organisasi sayapnya.

Ceritanya, saat itu pasukan pria yang juga mertua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut tiba di Desa Bawömataluo. Di desa itu tidak ditemukan adanya anggota PKI ataupun organisasi sayapnya.

Ternyata, keunikan desa itu membuat Sarwo Edhie takjub. Sarwo Edhi pun bertanya mengenai sejarah desa itu dan siapa saja yang berada di balik berdirinya desa yang mengagumkan itu.

Sebagai respons atas penjelasan yang diterimanya, lalu, Sarwo Edhie mengunjungi makam raja Saönigeho sebagai raja kedua Desa Bawömataluo. Saönigeho dikenal sebagai pemimpin perlawanan paling hebat terhadap pasukan Belanda di wilayah Nias Selatan. Sarwo Edhie pun kemudian berdoa dan memberi hormat di makam itu.

Seperti biasa, seabgai tamu di desa itu, Sarwo Edhie diberikan cinderamata. Ternyata, penghormatan itu mengejutkannya karena tak menduga akan diberikan penyambutan luarbiasa. Tak tunggu lama, Sarwo Edhie lalu mengambil pisau komando baret merahnya sebagai balasan.

Pisau itu, diterima langsung oleh Ama Fima, keturunan langsung Raja Saönigeho. Pisau itu, kemudian diletakkan di dinding ruang belakang rumah adat atau Rumah Besar (Omo Sebua) yang juga rumah raja. Diletakkan sejajar dengan sejumlah pedang kerajaan yang diyakini mengandung kekuatan magis.

“Kakek Ama Fima Fau sendiri yang menerima pisau komando itu dari Sarwo Edhie saat itu. Saya pernah pakai pisau itu untuk aksesoris pada sebuah drama Paskah di gereja. Karena saat itu saya berperan sebagai tentara Romawi,” kata Marselino Fau.

Nama Sarwo Edhie pun begitu terkenal di desa itu. Hampir tidak ada yang tidak mengingat namanya. Waspada Wau, tokoh masyarakat Desa Bawömataluo yang rumahnya bersebelahan dengan Rumah Raja itu menjadi saksi peristiwa bersejarah itu.

“Saat itu saya berusia sekitar 10 tahun, masih di Sekolah Dasar. Saat itu, keterkenalan nama Sarwo Edhie di sana setenar nama Jokowi saat ini. Sampai sebegitu familiarnya nama itu karena kehadirannya di desa saat itu sangat mengesankan,” kata Waspada Wau.

Sumber : NS1

© Copyright 2024 - HARIAN NIAS - PUSAT BERITA KEPULAUAN NIAS