Breaking News

Teknik Menulis Lead: Humor / Kelucuan

Materi Jurnalistik

Nias Selatan, HarianNias.com -
Teknik lead humor hanya bisa digunakan pada situasi yang membuat pembaca tersenyum karena geli. Umumnya, lead ini diterapkan pada fakta-fakta yang remeh dan memperlihatkan hal-hal yang tidak lazim.

Penggunaan lead humor biasanya terjadi pada situasi yang tidak lazim, baik perilaku orang yang terlibat dalam berita atau fakta-faktanya yang di luar kebiasaan. Lead humor juga dipakai untuk mengkritik kondisi yang dinilai membodohi masyarakat, salah pengertian antar pihak atau benturan antar budaya dan hal-hal lain.

Selain menyajikan sisi menarik, lead humor dan sejumlah lead lainnya sering merupakan alat untuk menyampaikan sebuah kritik ketika wartawan tidak memiliki kebebasan untuk memberitakan sesuatu yang dipandang penting buat masyarakat. Istilahnya, lead humor adalah sindiran untuk masuk pada berita yang dinilai sangat sensitif oleh negara. Meski pendapat ini tidak selalu benar, lead humor memang menjadi pilihan ketika wartawan menghadapi situasi tersebut.

Namun harus tetap mengingat bahwa penggunaan humor bukan berarti mengabaikan hal-hal penting yang seharusnya dilakukan wartawan ketika menyusun berita. Fakta penting atau gagasan-gagasan berita harus secepatnya disampaikan kepada pembaca dengan kalimat-kalimat yang efektif dan tidak bertele-tele.

Lead humor juga sering bercampur dengan lead lainnya seperti lead percakapan, lead kutipan atau lead pernyataan.

Perhatikan contoh di bawah ini;

Contoh 1:

Serang – “Sumpah pak hakim, saya tidak mencuri kerbau, saya hanya mengambil tali besar. Ketika saya bawa tali itu ternyata diujungnya ada kerbau milik Saman, ya ke bawa ke rumah saya Pak Hakim,” kata Kasmin, warga Baduy Luar di sidang pencurian kerbau yang digelar di Pengadilan Negeri Lebak, Minggu (23/-3/2014).

Contoh 2:

Serang – Ketua Majelis Hakim dalam sidang pencurian burung beo di Pengadilan Negeri Serang, Minggu (23/3-2014) memerintahkan agar barang bukti burung beo disingkirkan dari ruang sidang. Karena majelis hakim terganggu ocehan bernada cabul dan maki-maki dari burung beo setiap kali terdengar kata suadara, bapak, ibu atau kata sejenis lainya.

Contoh 3:

Serang – Seorang pembeli di Pasar Glodok, Jakarta, marah-marah kepada penjual dan terjadi keributan. “Saya minta barang dari Cina, kenapa dikasih dari Tiongkok,” kata pembeli itu ketika diperiksa polisi. Ternyata penggunaan istilah Tiongkok untuk menggantikan Cina sesuai dengan Kepres yang dikeluarkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menimbulkan masalah. Penjual itu mengatakan Tiongkok untuk barang yang semula disebut dari Cina.

© Copyright 2024 - HARIAN NIAS - PUSAT BERITA KEPULAUAN NIAS