Breaking News

Ekstrem. Demi Bisa Bersekolah, Pelajar Ini Rela Bergelantungan di Tali Jembatan Rusak

Mamasa, MimbarBangsa.co.id — Sejumlah pelajar SD hingga SMP di Desa Pamoseang, Kecamatan Mambi, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar) melakukan aksi mengerikan dengan berjalan di seutas tali jembatan gantung yang telah rusak. Mereka harus bertaruh nyawa di kawat jembatan gantung demi menyebrangi sungai berarus deras saat berangkat ke sekolah.

Pantauan detikcom di lokasi pada Rabu (24/6/2021) lalu, aksi berbahaya ini dilakukan anak-anak lantaran jembatan gantung sepanjang 45 meter dengan lebar 1,5 meter dalam kondisi rusak parah, sehingga tidak bisa dilewati untuk menyeberang. Hampir semua kayu yang digunakan sebagai pijakan kaki di jembatan hilang dan beberapa kawat bajanya juga mulai terlepas.

Saat menggantung, anak-anak usia sekolah ini harus berhati-hati. Apalagi saat mereka menapakkan kaki di atas kawat, kondisi jembatan selalu bergoyang, hingga membuat keseimbangan terganggu.

Salah satu anak Mutmainnah, mengaku setiap hari melewati jembatan berbahaya ini. Dia mengaku tidak takut karena sudah terbiasa.

“Tidak takut, karena sudah biasa, sudang sering lewat sini, tiap hari, setiap hari mau ke sekolah, ke Mambi lewat jembatan ini,” kata Mutmainnah kepada wartawan sambil tersenyum, Rabu (23/6).

Mutmainnah mengatakan kedua orang tuanya tidak pernah melarang untuk melewati jembatan rusak parah ini. Dia mengatakan lebih baik bergantung di jembatan daripada harus menerobos arus sungai.

“Mama tidak melarang, mereka hanya mengingatkan untuk berhati-hati. Bagus lewat sini, karena tidak basah, kalau lewati sungai kita basah, bahaya juga terseret arus deras,” ujar gadis cilik yang baru duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar ini.

Jembatan Rusak Sejak 2020

Anggota Badan Permusyaratan Desa Pamoseang, Ridwan mengatakan, kerusakan pada jembatan yang menjadi akses penghubung utama menuju Dusun Rantelelamun, Desa Pamoseang, telah terjadi sejak akhir tahun 2020 lalu. Penyebab jembatan rusak karena diterjang banjir.

“Kerusakan ini tahun 2020 bulan sebelas akibat terdampak banjir,” ungkap Ridwan.

Menurut dia, pemerintah desa setempat telah mengusulkan anggaran untuk perbaikan jembatan. Namun terkendala pencarian dana yang belum terealisasi.

“Pemerintah desa sudah berusaha semaksimal mungkin. Sudah masuk dalam musrembang desa dan dianggarkan pada tahun ini. Namun karena belum ada pencairan, akhirnya belum terealisasi (perbaikan),” sebutnya.

Ridwan berharap pemerintah membantu percepatan pencarian dana desa Pamoseang. Sebab, anggaran itu akan dimanfaatkan untuk perbaikan jembatan.

“Harapan kami, semoga cepat terealisasi, biar tidak seberang sungai lagi, gantung-gantungan sana-sini, apalagi akses satu-satunya dan berbahaya,” pungkas Ridwan.

Diketahui, Dusun Rantelelamun, Desa Pamoseang, dihuni sedikitnya 150 warga, sebagian diantaranya adalah anak usia sekolah dasar. Desa ini berjarak sekira 10 kilometer dari pusat kota kecamatan Mambi, yang ditempuh dengan waktu kurang dari satu jam, melewati akses jalan yang cukup buruk.

© Copyright 2024 - HARIAN NIAS - PUSAT BERITA KEPULAUAN NIAS