Breaking News

Komunitas Yahudi di Bahrain Akhirnya Bisa Laksanakan Ibadah

Jakarta, MimbarBangsa.co.id — Setelah harus bersembunyi di balik layar sejak 1947 silam, masyarakat Yahudi di Bahrain kini bisa beribadah di tempat umum.

Untuk pertama kalinya sejak puluhan tahun, pemimpin komunitas Yahudi di Bahrain, Ebrahim Nonoo, memimpin kebaktian pada bulan lalu di Sinagoga Manama yang telah direnovasi.

Bangunan yang direnovasi itu sangat bersejarah karena satu-satunya tempat ibadah Yahudi di Bahrain hancur pada 1947 akibat konflik Arab dan Israel.

Sejak saat itu, banyak orang Yahudi di Bahrain meninggalkan negara itu karena khawatir mereka akan menjadi sasaran, sementara yang lain tetap tinggal tetapi tidak menonjolkan diri.

Ibadah kali ini pun dianggap sebagai pembuka pengenalan tradisi Yahudi di wilayah itu, yang dahulunya tertutup.

Sinagoga kecil bercat putih dengan jendela berbingkai kayu ini berada di jantung ibu kota Manama. Renovasinya menelan biaya 60.000 dinar Bahrain atau setara Rp2,8 miliar.

Di dalam sinagoga itu, ada bangku kayu dengan bantal biru laut, layar lebar untuk memampang doa, dan mimbar kayu atau bimah untuk menaruh buku-buku agama dalam bahasa Arab, Inggris, dan Ibrani.

“Kami sangat senang berada di tempat terbuka,” kata Nonoo kepada AFP.

Lebih jauh, para umat Yahudi juga berencana untuk mengembangkan tradisi mereka di negara itu. Nonoo berencana membeli gedung di sebelah sinagoga untuk mendirikan yeshiva, atau sekolah agama, di mana keluarga Yahudi dapat mendaftarkan anak-anak mereka untuk belajar.

“Kami dapat mengembangkan kehidupan Yahudi di Bahrain karena kami memiliki sinagoga yang berfungsi penuh. Kami memiliki kemampuan untuk membawa orang-orang Yahudi ke sinagoga, dan kami ingin mereka datang secara teratur,” katanya.

“Target kami adalah memiliki seorang rabi, seorang rabi muda di sini di Bahrain, untuk mengembangkan kehidupan Yahudi dan untuk mengenal masyarakat dan agar dapat menawarkan layanan kepada mereka setiap minggu.”

Pencapaian ini merupakan salah satu hasil dari Kesepakatan Abraham yang diteken Bahrain dan Uni Emirat Arab pada 15 September 2020 lalu berkat mediasi Amerika Serikat.

Dengan kesepakatan itu, Bahrain memutuskan menormalisasi hubungan dengan Israel, berbeda dengan negara-negara Teluk lainnya yang tak mau menjalin relasi dengan Israel hingga Palestina merdeka penuh.

Langkah ini dianggap sebagai bentuk pengkhianatan oleh kritikus Palestina, tetapi membawa dampak positif bagi orang-orang Yahudi di Bahrain.

Kepala Asosiasi Komunitas Yahudi Teluk, Rabbi Elie Abadie, mengatakan bahwa pembukaan kembali sinagoga ini memperbarui sejarah umat Yahudi di wilayah itu.

“Doa publik Yahudi terdengar di wilayah ini selama lebih dari 2.000 tahun dan sayangnya dihentikan pada tahun 1947. Melanjutkan [kegiatan] mereka bak kembali ke rumah,” tuturnya.

Sumber: CNN Indonesia

0 Komentar

© Copyright 2022 - HARIAN NIAS - PUSAT BERITA KEPULAUAN NIAS