Jakarta, MimbarBangsa.co.id — Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakpus mengabulkan gugatan Koalisi Ibu Kota tentang polusi udara. Surat keputusan mengenai hal ini dibacakan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Kamis (16/09/2021).
Gugatan tersebut datangnya dari kelompok masyarakat yang menamakan diri mereka sebagai Gerakan Inisiatif Bersihkan Udara Koalisi Semesta (Ibu Kota). Tuntutannya adalah agar pemerintah dapat mengendalikan polusi udara.
Pihak tergugat dalam kasus ini adalah Presiden, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan, dan Gubernur DKI Jakarta. Di samping itu, tercantum juga tergugat Gubernur Jawa Barat dan Gubernur Banten.
Hakim memberi putusan berdasarkan sejumlah bukti yang mengungkapkan kondisi udara di DKI Jakarta. “Menimbang berdasarkan bukti dokumen serta kesaksian ahli dari para penggugat menunjukkan bahwa DKI Jakarta tidak optimal dalam memenuhi baku mutu udara ambien atau BMUA nasional maupun daerah untuk rata-rata tahunan parameter ozone atau O3 PM10 dan Pm2,25 sejak tahun 2014 sehingga gugatan ini diajukan, dan para tergugat pun tidak membantah fakta tersebut,” kata hakim Duta Baskara.
Lantas, sebetulnya apa dampak polusi udara bagi kecerdasan? Siswa perlu mengetahui hal ini.
Dampak Polusi Udara bagi Kecerdasan
Melansir dari BBC Internasional, paparan polusi udara yang kronis dapat dikaitkan dengan kemampuan kognitif. hal tersebut ditunjukkan pada sebuah studi yang melibatkan 20.000 orang di Cina selama beberapa tahun.
Studi yang menganalisis kemampuan bahasa dan matematika ini dilakukan oleh para peneliti dari Peking University dan Yale University. Mereka meyakini bahwa dampak buruk pada kemampuan berpikir juga meningkat seiring bertambahnya usia dan berpengaruh paling buruk pada pria serta mereka yang berpendidikan rendah.
Meski penelitian dilakukan di Cina, kelompok peneliti tersebut percaya bahwa hasilnya relevan secara global. Sebab, lebih dari 80 persen populasi penduduk urban di dunia menghirup udara berkualitas buruk.
Perlu diingat, meski menghasilkan hubungan antara polusi udara dengan nilai tes bahasa dan matematika, penelitian ini tidak mengungkapkan sebab dan akibatnya.
Penelitian tersebut didasarkan pada pengukuran sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan partikel yang ukurannya lebih kecil dari 10 mikrometer di tempat tinggal para partisipan. Dalam penelitian tersebut juga tidak diungkapkan besar masing-masing polutan tersebut.
Studi tersebut turut mengungkapkan bahwa polusi udara meningkatkan risiko penyakit degeneratif, seperti Alzheimer dan bentuk-bentuk demensia yang lainnya.
Sementara melansir dari The Guardian, penelitian yang dipublikasi pada jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences ini juga mengungkapkan bahwa semakin lama orang-orang terekspos dengan kualitas udara yang buruk, semakin besar dampaknya pada kecerdasan.
Kemampuan berbahasa terdampak lebih buruk dibanding kemampuan matematika. Dan pria terdampak lebih buruk daripada wanita.
Xi Chen, salah seorang peneliti dalam studi ini menambahkan bahwa polusi udara juga memberi efek jangka pendek pada kecerdasan. Meski begitu, konsekuensinya bisa cukup penting jika misalnya terdapat kasus seorang siswa harus mengikuti ujian seleksi pada hari-hari yang tercemar.
Seperti dikutip dari situs ini, Derrick Ho dari Hong Kong Polytechnic University menyampaikan bahwa informasi mengenai akibat dari polusi udara yang tinggi terhadap kecerdasan ini adalah hal yang penting. Menurutnya, hal tersebut karena dapat dikaitkan dengan stres oksidatif, peradangan saraf, dan degenerasi saraf pada manusia.
Sementara, polusi udara tak hanya berdampak pada kecerdasan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Anna Oudin dkk. pada remaja dan anak-anak di Swedia mengungkapkan bahwa pencemaran udara juga berkaitan dengan meningkatnya penyakit mental pada anak-anak.
Sumber: Detik
0 Komentar