Breaking News

Renungan Harian: TUHAN PUNYA RENCANA

MimbarBangsa.co.id — Judul renungan ini Tuhan Punya Rencana dari Kisah Rasul 20:17-28 tentang perpisahan Paulus. Dalam kehidupan nyata, perpisahan adalah realita hidup yang harus dijalani secara fisik dan akan selalu dialami siapapun karena perpisahan itu kodrat manusia. Dalam perpisahan selalu ada gejolak perasaan yang timbul antar individu sebagai wujud kemanusiaan yang hakiki sebagai makhluk sosial yang butuh pertemanan berinteraksi. Gejolak perasaan yang terjadi dapat berupa rasa sedih, kecewa ditinggalkan atau diabaikan. Itulah sebabnya ada ungkapan: yang disesalkan itu bukanlah perpisahan, tetapi pertemuan kenapa harus ada, artinya jika tidak ada perjumpaan maka tidak pernah terjadi perpisahan.

Namun konteks Firman Tuhan yang kita baca: perpisahan bukan perkara yang harus disesali, perpisahan memiliki arti penting bagi seseorang dan bagi persekutuan anak-anak Allah bahwa melalui perpisahan kita tahu Tuhan punya rencana lain selanjutnya.

Hal pertama yang perlu dipelajari: bahwa dalam perpisahan ada kenangan: Tindakan Paulus adakan pertemuan lebih dulu dengan penatua jemaat Efesus: ayat 17-19 “Karena itu ia menyuruh seorang dari Miletus ke Efesus dengan pesan supaya para penatua jemaat datang ke Miletus. Sesudah mereka datang, berkatalah ia kepada mereka: “Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini: dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku.”

Dalam ayat di atas ada hal yang disampaikan Paulus kepada Penatua jemaat yaitu sebuah kenangan dalam pelayanan. Dua kata penting yang harus disadari sepanjang pelayanan: ada kenangan dan kenangan itu ada yang menyukakan, tetapi sungguh banyak yang mencucurkan air mata. Paulus mengatakan tidak mudah melayani Tuhan dan memutuskan untuk menjadi pelayan seperti yang dilakukan Paulus sepanjang hidupnya.

Dalam 2 Kor 4:8: “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.” Motivasi sangat menentukan sikap dan orientasi melayani. Kemampuan memberi dan merendahkan diri dihadapan Tuhan dan jemaat adalah sikap yang dituntut dari seorang pelayan Tuhan. Paulus menekankan kata melayani adalah suatu perbuatan ikhlas sebagai ucapan syukur kepada Allah karena sudah diselamatkan lebih dulu oleh Allah. Dalam melayani ada kenangan diantaranya mencucurkan air mata. Pada umumnya cucuran air mata merupakan ungkapan kesedihan yang dalam karena sesuatu hal yang sangat menyentuh perasaan, boleh karena perbuatan sikap fisik seseorang atau karena tutur kata yang menyinggung perasaan. Tentu saja selama melayani Paulus menemui kendala, ada penolakan, dibenci, di penjarakan. Tapi bertahannya Paulus dari semuanya itu karena ia yakin apa yang dilakukannya sesuatu yang disukai Tuhan dalam mengambil bagian menyelamatkan jiwa-jiwa.

Demikian juga kita sebagai jemaat yang tentu saja memiliki kenangan dalam melayani dan kenangan itu kita bangun sebagi semangat yang memotivasi dalam berbuat yang lebih baik ke depan. Kenangan yang ada selama ini sekalipun mencucurkan air mata, mari kita jadikan sebagai sesuatu yang membangun motivasi dan kekuatan hati dalam memberi dan melayani pekerjaan Tuhan. Ketahuilah bahwa Tuhan selalu punya rencana yang baru untuk setiap orang.

Hal yang kedua yang perlu dipelajari: dalam perpisahan ada tanggung jawab. Perpisahan Paulus dengan jemaat di Efesus sebuah perpisahan yang mungkin saja tidak pernah bertemu lagi selanjutnya, sehingga perpisahan itu harus dituntaskan. Itulah sebabnya memanggil penatua jemaat dan menyampaikan kata-kata perpisahan. Perpisahan secara fisik mendatangkan rasa kehilangan yang dalam. Dalam ayat 25-27: Perpisahan secara fisik seperti yang dialami Paulus mendatangkan rasa sedih bagi semua. Ayat 38: ”Mereka sangat berdukacita, terlebih-lebih karena ia katakan bahwa mereka tidak melihat mukanya lagi”. Dalam konteks ini kerelaan dalam menerima perpisahan itu sangat penting dan lebih penting lagi perpisahan itu telah diselesaikan dengan penuh tanggung jawab. Paulus membuktikan dirinya bahwa tugasnya ia lakukan dengan baik, menjadi penilik jemaat yang benar dan tanggung jawabnya telah dilakukannya dengan sempurna. Sehingga tidak ada kelak orang yang menagih janji bahwa pelayanannya masih banyak kekurangan yang belum terselesaikan karena ia tidak melakukan tugasnya dengan baik.

Demikian juga kita sebagai warga jemaat perpisahan itu pasti membuat adanya tanggung jawab baru. Beban yang dipikulkan kepada orang lain sebelumnya selanjutnya dipikulkan kepada kita setidaknya melakukan pekerjaan dan tanggung jawab itu lebih baik dari sebelumnya. Pembangunan dan pembinaan jemaat harusnya lebih maju dan tidak menjadi mundur, sebab tanggung jawab itu sudah beralih dari orang lain kepada pundak kita yang baru.

Itulah sebabnya beban salib yang ditanggungkan kepada kita berupa tanggung jawab menjadi lebih besar dari sebelumnya dan karenanya harus mampuh membuktikan diri kita bisa melakukan tugas dan tanggung jawab yang baru itu.

Hal yang ketiga yang perlu dipelajari: bahwa dalam perpisahannya Paulus menyampaikan pesan-pesan. Paulus memberikan pesan perpisahan yang disebut tanggung jawab rohani. Pesan Paulus terhadap para penatua di Efesus yaitu agar mereka menjaga diri dan sekaligus menjadi jemaat Allah yang setia (ayat 28). Para penatua memiliki tugas dan tanggung jawab menjaga pertumbuhan dan kelangsungan iman jemaat. Jadi selain harus menjaga kawanan domba juga menjaga iman sendiri untuk tetap setia kepada Tuhan.

Semua kita juga mempunyai tanggung jawab yang berat harus melakukan dua perkara besar yang tidak terpisahkan dalam waktu yang sama yaitu ke dalam diri sendiri harus menjaga iman pribadi dan ke luar harus menjaga dan melindungi semua jemaat terhadap pengajar dan ajaran palsu atau penyesatan (ayat 29).

Pesan Paulus berupa cici-ciri pelayanan yang baik dan bertanggung jawab yaitu: ayat 19-24: bersikap rendah hati dan berani bersaksi, menangisi jiwa-jiwa yang sesat, setia melakukan tugas dan tanggung jawabnya, taat dan telah memelihara iman sampai mati.

Demikian juga kita hari ini apakah ciri-ciri yang diajarkan Paulus itu dapat kita ikuti dalam pelayanan kita? Jangan berkecil hati semua kita sedang belajar untuk melakukannya. Tuhan selalu puya rencana dalam kehidupan kita. Percayalah bahwa rencana itu adalah yang terbaik yang diberikan Tuhan kepada masing-masing kita. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Renungkanlah firman Tuhan ini. Amin.

Pdt. Drs. Mawardin Zega, MTh ll Gereja Protestan Indonesia Luwu Tangerang Selatan.

© Copyright 2024 - HARIAN NIAS - PUSAT BERITA KEPULAUAN NIAS