MEDAN, MimbarBangsa.co.id — Prof. Bagir Manan mengajak aktivis mahasiswa untuk kembali menyemarakkan pers kampus. Hal itu dia utarakan saat memberi kuliah umum Mahasiswa dan Masa Depan Jurnalisme Berkualitas di Universitas Medan Area (UMA) pada acara Dewan Pers Goes to Campus, Senin (6/2) di Medan.
“Di tengah iklim kebebasan yang berkembang saat ini, saya justru melihat pers kampus ibarat mati suri. Mungkin saya salah tetapi ini yang saya rasakan. Ke mana hilangnya pers kampus? Mari kita bangkit lagi tumbuhkan lagi aktivitas pers mahasiswa,” kata Bagir yang mantan ketua Mahkamah Agung dan ketua Dewan Pers periode 2010-2016.
Dia menambahkan, pers mahasiswa itu juga untuk memupuk intelektualisme. Sedangkan ciri intelektual adalah berkarakter. Selain itu, pers mahasiswa merupakan salah satu sumber dari sumber daya manusia unggul. Bagir mengandaikan, aktivis pers mahasiswa itu merupakan barang jadi.
Menurut Bagir, penerbitan pers kian membutuhkan SDM berkualitas. Dengan menerima calon wartawan yang aktivis pers kampus, perusahaan pers akan mendapat banyak keuntungan dan kemudahan. Perusahaan pers tidak perlu lagi melakukan pelatihan sejak dari nol.
Pada acara yang dibuka oleh Rektor UMA, Prof Dr Dadan Ramdan MSc, Bagir menduga ada beberapa hal yang menyebabkan menurunnya aktivitas pers kampus. “Pertama mungkin karena regenerasi aktivis pers kampus sangat cepat. Mereka yang mengelola pers kampus tidak bisa segera tergantikan setelah lulus,” ungkapnya.
Hal kedua, papar Bagir, karena pers kampus tak sekadar butuh idealisme tetapi juga memerlukan uluran tangan pemilik modal. Sedangkan pemilik modal akan berhitung, apakah tidak ada implikasi politik ketika mereka membantu pers kampus, selain soal perhitungan untung-rugi.
Penyebab ketiga, ujar Bagir, mungkin karena saat ini beban kurikulum mahasiswa kian berat dan harus bisa segera lulus. Zaman dulu, tak sedikit mahasiswa yang lulus setelah menempuh pendidikan di atas 10 tahun.
Ia membandingkan, zaman dulu pers kampus sangat berpengaruh dan menjadi inspirasi. Dia menyebut beberapa tokoh pers kampus masa lalu yang amat terkenal: Nono Anwar Makarim, Rahman Tolleng (Jakarta), Adi Sasono, Soegeng Sarjadi (Bandung), A Makmur Makka, dan Dawam Rahardjo (Yogyakarta).
Pers kampus pada masa lalu, kata Bagir, bukan hanya menjadi bahan bacaan. Akan tetapi pers kampus bahkan menjadi alternatif bacaan bagi masyarakat. Pemerintah pun memperhatikan suara pers kampus.
Sedangkan Ketua Dewan Pers, Dr Ninik Rahayu SH MS, dalam sambutan tertulis yang dibacakan Asmono Wikan (anggota Dewan Pers) menegaskan, bahwa pers kampus perlu bahu-membahu untuk mendukung karya jurnalistik yang berkualitas. “Aktivis pers kampus bisa menjadi benih agen perubahan bagi pers nasional yang berkualitas,” paparnya.
Sementara itu Dadan berpesan supaya media menjadi alat pemersatu bangsa dan bukan malah ikut memecah belah. Di samping itu, pers harus objektif dalam menyajikan berita. Itu lantaran pers punya peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
0 Komentar