Breaking News

Desa di Klaten Terbelah Proyek Bengawan Solo, Ini Tanggapan Warga Setempat

Klaten, BeritaDesa.id – Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, terkena proyek pelurusan sungai Bengawan Solo pada tiga dasawarsa silam. Setelah proyek tersebut berakhir, Sidowarno terbebas dari banjir yang dulunya kerap menyambangi desa itu.

Meski demikian, warga harus rela untuk hidup di satu desa dipisahkan oleh Bengawan Solo yang membelah kawasan itu.

“Dengan pelurusan dampaknya sangat signifikan. Saat musim penghujan kini banjir sudah tidak ada lagi, dulu jadi lautan sekarang tidak lagi,” ungkap Poniman warga setempat, Minggu (9/4/2023).

Menurut Poniman, banjir memang sudah tidak ada lagi tetapi memang warga harus terpisah. Sebagian pindah ke barat sungai karena rumah dan pekarangannya diterjang proyek.

“Suka dukanya ya kemarin mbah-mbah kita berpisah, pindah. Tapi ya nggak apa apa, karena punya pekarangan hanya itu ya pindah,” kata Poniman.

Warga yang terkena proyek, lanjut Poniman, juga mendapatkan ganti rugi. Bahkan warga mendapatkan ganti rugi yang cukup tinggi karena lahan ditanami berbagai pohon sebelum dikeruk.

“Daerah Mancasan dan Baki Kabupaten Sukoharjo kan kena duluan. Kita diberi informasi untuk menanam pohon kapuk, mahoni, dan jati. Kita tanami sehingga nilai ganti ruginya kita dapat tinggi,” imbuh Poniman.

Sahroni (53) warga Dusun Butuh, Desa Sidowarno, mengatakan dulu Bengawan Solo berkelok-kelok dan menyebabkan rutin banjir. Tapi setelah diluruskan tidak ada banjir lagi.

“Banjir sekarang tidak ada lagi. Dulu itu zaman Pak Harto (Presiden Soeharto), sawah dan pekarangan dibayar pemerintah,” jelas Sahroni.

Selain sawah, kata Sahroni, ada rumah dan pekarangan beberapa dusun kena pelurusan. Antara lain Dusun Ngudreg dan Gayam harus pindah.

“Yang kena parah itu Dusun Ngudreg dan Gayam harus pindah ke barat sungai. Warga sebagian beli tanah di barat sungai dan sekarang jadi Dusun Kaplingan, bekas sungai Bengawan Solo lama jadi tegalan,” imbuh Sahroni.

Meskipun pindah, sambung Sahroni, warga tidak jadi terpencil. Sebab setelah pelurusan selesai dibangun jembatan besar.

“Dibangun jembatan sekarang jadi jalan raya dari Klaten ke Sukoharjo. Warga timur sungai kalau ke sawah ya lewat jembatan itu sekarang karena sawah di barat sungai semua,” pungkas Sahroni.

Dusun Ngudreg, Gayam, dan Kaplingan berada di tengah persawahan. Dari jembatan Sidowarno ke dusun itu harus melewati persawahan sejauh sekitar dua kilometer.

Tiga dusun tersebut jaraknya menjadi lebih dekat ke Desa Bener, Kecamatan Wonosari dibanding ke Desa Sidowarno sendiri. Bahkan terlihat dari kejauhan seperti bagian dari Desa Bener.

© Copyright 2024 - HARIAN NIAS - PUSAT BERITA KEPULAUAN NIAS