Breaking News

Mengenal Sosok Henk Ngantung, dari Seniman hingga Gubernur DKI Jakarta

Jakarta, MimbarBangsa.co.id – Berbicara mengenai DKI Jakarta tidak lengkap rasanya tanpa mengenal kiprah gubernurnya dari masa ke masa. Salah satu gubernur yang namanya diingat adalah Henk Ngantung. Di bawah ini akan dibahas sosok Henk Ngantung.

Hari ini, 22 Juni 2023, merupakan hari ulang tahun (HUT) ke-496 Kota Jakarta. Selain merayakan dengan pesta kembang api atau promo menarik, perayaan HUT DKI Jakarta juga bisa dirayakan dengan mengenang sosok-sosok yang berjuang untuk kota ini. Misalnya gubernur yang pernah memimpin Kota Metropolitan.

Jakarta pernah dipimpin oleh sosok-sosok hebat, salah satunya Henk Ngantung. Dia merupakan salah satu gubernur dengan masa jabatan tersingkat. Selain sebagai gubernur, Henk Ngantung juga dikenal dengan bakat seninya.

Profil Henk Ngantung
Hendrik Hermanus Joel Ngantung atau dikenal dengan Henk Ngantung lahir pada 1 Maret 1921. Pria asal Manado, Sulawesi Utara ini merupakan putra dari pasangan Arnold Rori Ngantung dan Maria Magdalena.

Henk Ngantung menikah dengan Hetty Evelyn Ngantung Mamesah. Dari pernikahannya dia dikaruniai empat orang anak, yaitu Maya Ngantung, Genie Ngantung, Kamang Ngantung, dan Karno Ngantung.

Sejak kecil, Henk Ngantung telah bercita-cita menjadi seorang pelukis. Bakat seninya pun luar biasa. Henk Ngantung kemudian merantau ke Jakarta pada 1904, yang saat itu masih bernama Batavia. Meskipun dikenal sebagai pelukis tanpa pendidikan formal atau disebut seniman sketsa otodidak, tetapi Henk Ngantung tetap memajangkan karyanya dalam pameran yang digelar pemerintah kolonial Belanda.

Pada 1937, Henk Ngantung mendapat kesempatan untuk memamerkan hasil karya lukisannya di Bataviasche Kunstkring atau gedung kesenian milik pemerintah kolonial Belanda. Dalam pameran tersebut, Henk Ngantung menjadi salah satu dari empat seniman asal Indonesia yang turut serta dalam pameran bersama Soedjojono, Agus Djaya, dan Emiria Soenassa.

Pada 29 Oktober 1946, Henk Ngantung berhasil mendirikan organisasi perkumpulan seniman, yaitu Gelanggang Seniman Merdeka. Organisasi tersebut telah menghimpun seniman ternama seperti Chairil Anwar, Mochtar Apin, Basuki Resobowo, dan Asrul Sani. Kiprahnya dalam dunia seni pun membuat pria kelahiran 1 Maret 1921 itu menjadi salah satu seniman yang kenal baik dengan Presiden Soekarno. Bahkan dia sempat bergabung sebagai anggota Dewan Nasional yang merupakan cikal bakal Dewan Pertimbangan Agung.

Keikutsertaan Henk Ngantung dalam berbagai acara pameran terus berlanjut pada masa pendudukan Jepang hingga masa Agresi Belanda. Bahkan dia berkesempatan untuk membuat pameran tunggal pada 1948 di Hotel Des Indes, Jakarta. Dalam pameran tunggal tersebut, Henk Ngantung menampilkan lukisan keindahan alam Indonesia, seperti lukisan Tanah Lot di Bali, pemandangan pesisir pantai hingga lembah hijau, serta aktivitas warga. Selain menjadi seniman, Henk Ngantung juga tercatat pernah menjadi pengurus Lembaga Persahabatan Indonesia-Tiongkok pada 1955-1958.

Terjun Ke Pemerintahan
Henk Ngantung mulai terjun dalam dunia pemerintahan setelah ditunjuk langsung oleh Presiden Soekarno sebagai wakil gubernur DKI Jakarta periode 1960-1964. Kala itu, Henk Ngantung menjabat di bawah Gubernur Soemarno Sosroatmodjo.

Selama menjabat sebagai wakil gubernur, Henk Ngantung sempat merampungkan sketsa pembangunan patung selamat datang untuk menyambut tamu-tamu kenegaraan Asian Games 1962. Hal itu dilakukan demi melihat Ibu Kota lebih indah dan tertata.

Setelah menjadi wakil gubernur, di periode selanjutnya Henk Ngantung ditunjuk untuk menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 26 Agustus 1964. Dirinya menggantikan Soemarno yang kala itu telah menjadi Menteri Dalam Negeri. Dengan penunjukan tersebut, Henk Ngantung menjadi gubernur beretnis Tionghoa pertama yang memimpin Jakarta.

Saat menjabat sebagai gubernur, Henk Ngantung tercatat sebagai salah satu Gubernur DKI Jakarta dengan masa jabatan tersingkat lantaran sudah dicopot ketika belum genap satu tahun menjabat. Henk Ngantung menjabat sebagai gubernur selama 11 bulan, yakni dari 27 Agustus 1964 sampai 15 Juli 1965. Sampai saat ini belum diketahui alasan konkrit pencopotannya tersebut.

Setelah dicopot dari jabatannya, Henk Ngantung kerap hidup sulit karena sempat dituding sebagai pengikut PKI. Namun, tuduhan tersebut tidak didasari dengan bukti yang jelas.

Karya Henk Ngantung
Dikenal sebagai seniman, tentu mantan Gubernur DKI Jakarta ini punya beberapa karya ternama. Salah satu karya Henk Ngantung yang terkenal adalah Tugu Selamat Datang yang terletak di tengah Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Tugu tersebut dirancang sendiri oleh Henk Ngantung untuk menyambut perhelatan Asian Games 1962 di Jakarta.

Henk Ngantung juga membuat sketsa lambang DKI Jakarta dan lambang Kostrad. Karya lainnya adalah sketsa Maha Patih Gajah Mada, yang menjadi inspirasi patung Gajah Mada di halaman Mabes Polri hingga menghiasi buku sejarah anak sekolah.

Salah satu karya Henk Ngantung yang menarik perhatian adalah lukisan Memanah lantaran mendapuk Soekarno sebagai modelnya. Hal itu bermula ketika Soekarno ingin membeli lukisan Henk Ngantung, tetapi ditolak karena lukisan tersebut belum rampung dan membutuhkan model untuk menyelesaikannya. Soekarno lantas bersikeras untuk tetap membeli lukisan itu, bahkan menawarkan untuk menjadi modelnya. Lukisan Memanah tersebut dipasang di dinding teras rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur dan menjadi saksi bisu ketika pembacaan proklamasi kemerdekaan.

Karena kepiawaiannya dalam membuat sketsa, Henk Ngantung diminta Soekarno untuk merekam secara langsung momen perundingan penting melalui karyanya. Henk Ngantung telah membuat sketsa Perundingan Linggarjati (1946), Perundingan Kaliurang (1948), dan Perundingan Renville (1948).

Selain itu, Henk Ngantung juga membuat sketsa tokoh-tokoh penting di Indonesia seperti Sutan Syahrir, Sitor Situmorang, ST Takdir Alisjahbana, Gadjah Mada, dan Profesor Schermerhorn. Deretan sketsa hitam putihnya tersebut telah dirangkum dalam buku Sketsa-Sketsa Henk Ngantung yang dipublikasikan pada 1981.

Setelah Menjabat Sebagai Gubernur
Usai menjabat sebagai gubernur, Henk Ngantung kembali melukis. Kesetiaan Henk Ngantung dalam melukis tetap berlanjut meskipun telah digerogoti penyakit jantung dan glaukoma yang membuat mata kanannya buta dan mata kiri hanya berfungsi 30 persen.

Pada akhir 1980-an, Henk Ngantung diketahui melukis dengan wajah nyaris melekat di kanvas dan harus dibantu kaca pembesar. Sebulan sebelum wafat dalam keadaan sakit, Henk Ngantung kembali menggelar pameran terakhirnya yang disponsori oleh pengusaha Ciputra.

Henk Ngantung tutup usia karena sakit jantung pada tanggal 12 Desember 1991. Dia dimakamkan di TPU Menteng Pulo, Jakarta Selatan.

 

© Copyright 2024 - HARIAN NIAS - PUSAT BERITA KEPULAUAN NIAS