Breaking News

Harga Minyak "Mendidih", Investor Bisa Pantau Saham Komoditas

Jakarta, MimbarBangsa.co.id- Harga minyak mentah dunia dunia dalam tren positif seiring pasokan global lebih ketat dan pertumbuhan permintaan pada paruh kedua tahun 2023. Saham komoditas bisa menjadi incaran investor.

Kontrak berjangka minyak Brent pada perdagangan Selasa (1/8/2023), terapresiasi 0,38% dibandingkan hari sebelumnya, menjadi US$ 85 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) pengiriman September 2023 naik US$ 1,22 menjadi US$ 81,8 atau Rp 1,23 juta per barel di New York. Kenaikan ini dipercaya mampu mendongkrak penjualan komoditas lain, perbaikan kinerja emiten berbasis komoditas, termasuk harga sahamnya.

Dikutip Bloomberg, harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan bulanan terbesar dalam kurun lebih 1 tahun terakhir. Harga minyak mentah berjangka acuan AS tercatat menguat lebih 15% selama Juli 2023. Permintaan minyak mentah diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi saat OPEC+ kembali mengurangi produksi.

“Prospeknya minyak lebih pada peran OPEC+ dalam rangka menstabilkan harga minyak dunia dengan membatasi produksi,” ujar Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta kepada Investor Daily, Rabu (2/8/2023).

Dia menilai, fluktuasi harga minyak cenderung dipengaruhi sentimen geopolitik. Namun sejauh ini perang Rusia-Ukraina belum menyebabkan disrupsi rantai pasok, sehingga ledakan harga komoditas atau commodity boom price belum kembali terjadi.

Dia menilai tren harga komoditas pada semester kedua 2023 biasanya dipengaruhi peningkatan permintaan energi dari negara-negara yang membutuhkan, sebagai penggerak perekonomiannya.

Di sisi lain, dalam menghadapi cuaca maupun menggenjot pertumbuhan ekonomi, negara-negara tersebut membutuhkan energi dan bahan baku yang banyak diimpor dari Indonesia. “Namun hal ini perlu didukung kemampuan negara lain dalam mengubah potensi resesi menjadi pertumbuhan ekonomi,” kata dia.

Dia mengatakan kenaikan harga minyak mentah dapat memengaruhi harga komoditas lain, terutama komoditas substitusi minyak, seperti gas alam dan batu bara, yang sama-sama bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi suatu negara.

“Jadi memang menurut saya potensial, ada efek dominonya di situ (kenaikan crude), terhadap penguatan komoditas lainnya. Jadi kalau di semester kedua, misal sektor basic material maupun energi bisa dipertimbangkan untuk dipantau dan dicermati investor,” sambung Nafan.

Dia menjelaskan, secara teknikal, kinerja indeks saham energi maupun bahan baku terlihat mulai rebound. Sejatinya ketika terjadi rebound, ada sentimen positif seperti peningkatan permintaan. Sedangkan dari sentimen domestik, masih berkaitan stabilitas pertumbuhan makroekonomi.

Saham-saham dalam lingkaran bisnis komoditas yang menjadi pilihan Mirae Asset Sekuritas, antara lain PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang direkomendasikan akumulasi dengan target harga Rp 7.350. Ada pula PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang diprediksi menyentuh harga Rp 3.970 dengan rekomendasi akumulasi.

Adapun saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) adalah buy on weakness dengan target harga Rp 2.600 dan PT Aneka Tambang Tbk ANTM direkomendasikan accumulate dengan target Rp 2.390. Saham batu bara lainnya yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA) direkomendasikan buy dengan target harga Rp 3.680.

Dari perkebunan, saham minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) seperti PT London Sumetara Tbk (LSIP) masih direkomendasikan buy dengan target harga Rp 1.275. Begitu pula dengan saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang direkomendasikan buy dengan target harga Rp 8.425.

 

© Copyright 2024 - HARIAN NIAS - PUSAT BERITA KEPULAUAN NIAS